Kingdom Class Order Family Genus Species |
: : : : : : |
Plantae Magnoliopsida Malpighiales Calophyllaceae Calophyllum L Calophyllum inophyllum L |
Nama Lokal |
: |
Sumatera : Eyobe (Enggano), Punaga (Minangkabau), Penago (Lampung) Nyamplung (Melayu) |
Nama Latin |
: |
Calophyllum inophyllum |
Nama lain |
: |
– |
Origin (Asal) |
: |
Afrika Timur (Kenya, Tanzania, Mozambique). |
Sebaran |
: |
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera hingga papua |
Perkembangbiakkan |
: |
Dapat berkembangbiak secara vegetatif (cangkok, stek batang) dan generatif (biji). |
Persyaratan tumbuh |
: |
– Tanaman nyamplung tumbuh dengan baik di daerah pantai sampai dengan dataran tinggi (500 m dpl) dengan struktur tanah mengandung pasir (dengan kadar minimum s.d. maksimum) dan mengandung humus. Penyebaran tanaman nyamplung secara alami dibantu oleh aliran air dan kelelawar. Pada masa perkecambahan dan pertumbuhan tahap awal (seedling), bibit nyamlung dapat tumbuh baik di bawah naungan (bersifat toleran). |
Tinggi pohon |
: |
Ketinggian tanaman bisa mencapai lebih dari 30 m, tanpa banir. |
Status konservasi |
: |
Tanaman nyamplung masuk jenis tanaman berisiko rendah, karena banyak dibudidayakan di Indonesia dan digunakan sebagai obat dan alternatif bahan bakar. |
Musim bunga dan buah di Indonesia |
: |
– Bunga : Majemuk, bentuk tandan, di ketiak daun yang teratas, berkelamin dua , diameter 2-3 cm, jumlah tujuh sampai tiga belas, daun kelopak empat, tidak beraturan, benang sari banyak, tangkai putik membengkok, kepala putik, bentuk perisai, daun mahkota empat, lonjong, putih. – Buah : Buah membulat sampai membulat telur sungsang, panjang 25-50 mm, lapisan bagian luarnya cukup tipis dan kompak, waktu muda warna biji hijau muda, semakin tua menjadi hijau tua agak kebiru-biruan, warna berubah menjadi kuning ketika masak. – Pada umumnya nyamplung berbunga sekitar bulan April-Mei, sedangkan buah masak pada bulan Juli-Agustus. Biji yang sudah masak berwarna hijau kekuningan. |
Deskripsi singkat |
: |
|
– Nyamplung (Calophyllum inophyllum) adalah pohon yang hidup di pesisir yang berpasir dan berbatu karang, kulit pohonnya dapat digunakan untuk obat, kayunya keras, digunakan untuk bahan pembuat perahu dan tiang kapal. Tumbuhan ini termasuk ke dalam marga Calophyllum yang mempunyai sebaran cukup luas di dunia yaitu Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat, dan Amerika Selatan. Di Indonesia, nyamplung tersebar mulai dari Sumatra Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua. Kelebihan nyamplung sebagai bahan baku biofuel adalah bijinya mempunyai rendemen yang tinggi, bisa mencapai 74%, dan dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan kepentingan pangan. – Beberapa keunggulan nyamplung ditinjau prospek pengembangan dan pemanfaatan lain, antara lain adalah tanaman nyamplung tumbuh dan tersebar merata secara alami di Indonesia, regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun menunjukkan daya survival yang tinggi terhadap lingkungan. Tanaman relatif mudah dibudidayakan baik tanaman sejenis (monokultur) atau hutan campuran (mixed-forest), cocok di daerah beriklim kering, permudaan alami banyak, dan berbuah sepanjang tahun. Hampir seluruh bagian tanaman nyamplung dapat dimanfaatkan dan menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi. Tegakan hutan nyamplung berfungsi sebagai pemecah angin (wind breaker) untuk tanaman pertanian dan konservasi pantai, dan pemanfaatan biofuel nyamplung dapat menekan laju penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar karena produktivitas biji lebih tinggi diandingkan jenis lain (jarak pagar 5 ton/ha, kelapa sawit 6 ton/ha, nyamplung 20 ton/ha). |
||
Sumber informasi |
: |
– https://goorganicjogja.wordpress.com/211-2/budidaya-potensi-pengembangan-tanaman-nyamplung/ – http://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-morfologi-nyamplung/ – https://id.wikipedia.org/wiki/Nyamplung – https://www.cifor.org/feature/energy-from-forests/calophyllum-inophyllum/
|