Sumber: 123dok.com
Nama Lokal | : | Mindi |
Nama Latin | : | Melia azedarach |
Famili | : | Meliaceae |
Sebaran | : | Asal tanaman ini yaitu Asia Utara (India dan Pakistan). Kemudian menyebar Sejak hingga ke Solomon, Malaysia dan Indonesia. |
Persyaratan tumbuh | : | Tumbuh baik pada perbedaan kondisi dataran dimana ketinggian 1-1200 mpdl. Di Papua Nugini hingga ke dataran tinggi Himalaya 1.200-2.200 mdpl. Dengan kisaran suhu dari -5-39°C dengan curah hujan 600-2.000 mm/th. |
Tinggi pohon | : | Tinggi tanaman dapat mencapai 20-25 m dengan tinggi bebas cabang 8-20 m, dengan diamter 60-80 cm setelah umur kurang lebih 20 tahun. Memiliki tajuk percabangan melebar, berdaun ringan, serta memiliki batang beralur, halus atau berbintik. |
Status konservasi | : | Saat ini status eksistensinya masuk dalam kategori Least Concern/LC menurut data IUCN Redlist 2020. |
Musim bunga di Indonesia | : | Di Jawa Barat berbunga pada bulan Maret-Mei, Jawa Timur Juni-November, sedangkan di Nusa Tenggara Juni dan September. |
Musim buah di Indonesia | : | Pembuahannya pada bulan Agustus, November dan Desember. |
Pemanfaatan | : | Ekstrak daun mindi mengandung insektisida (azadirachtin) yang dapat digunakan sebagai bahan untuk mengendalikan hama pada pakaian dan belalang. Kulit mindi dipakai sebagai penghasil obat untuk mengeluarkan cacing usus. Kulit daun dan akar mindi telah digunakan sebagai obat reumatik, demam, bengkak dan radang. Selain itu, suatu glycopeptide yang disebut meliacin diisolasi dari daun dan akar mindi yang berperan dalam menghambat perkembangan beberapa DNA dan RNA dari beberapa virus misalnya virus polio. |
Deskripsi singkat | : | Pohon mindi ini secara fisik kayu tergolong kelas kuat III dengan berat jenis 0,53 dengan kelas keawetan terhadap jamur adalah kelas II-III. Banyak khasiat yang dimiliki pada pohon ini dari daun hingga batang. |