Nama Lokal | : | Ketenun (Lombok), Ruhu Wama (Sumba) dan Seke (Flores dan Sumbawa) |
Nama Latin | : | Gyrinops versteegii |
Famili | : | Thymelaeaceae |
Sebaran | : | Tanaman gaharu tumbuh tersebar di wilayah hutan India, Burma, Malaysia, Philipina dan Indonesia. Di Indonesia penyebarannya di wilayah Sumatera (Sibolangit, Bangka Sumatera selatan, Jambi, Riau) dan Kalimantan. |
Persyaratan tumbuh | : | Tempat tumbuh gaharu di hutan primer terutama di dataran rendah, lereng-lereng bukit sampai sampai ketinggian 750 mdpl (Ponirin, 1997). Iklim daerah tumbuh tanaman penghasil gaharu adalah daerah panas dengan suhu rata-rata 32°C dan kelembaban sekitar 70 %. Curah hujannya kurang dari 2.000 mm/tahun. |
Tinggi pohon | : | Tinggi tanaman di kebun berkisar 40 m, dengan diameter 60 cm. dengan permukaan batang licin, warna belang keputih-putihan, kadang beralur dan kayunya keras. |
Status konservasi | : | Kategori terancam menuru IUCN. |
Musim bunga di Indonesia | : | Berbunga pada bulan Juli-Desember. |
Musim buah di Indonesia | : | Pembuahannya pada bulan Agustus-Desember. |
Pemanfaatan | : | Gaharu selama ini diperdagangkan sebagai obat (terutama di Cina dan India), parfum dan dupa (terutama di Jepang, negara-negara Arab dan Timur Tengah) serta anti serangga (diberbagai negara). Di Cina, Gaharu telah dimanfaatkan untuk pengobatan beragam penyakit yang menyerang ginjal, perut dan dada, serta untuk afrodisiak, asma, kanker (thyroid), kolik, diare, cegukan dan tumor paru-paru. |
Deskripsi singkat | : | Tanaman gaharu (Gyrinops versteegii (Gilg.) Domke) termasuk tanaman hutan yang menghasilkan hasil hutan non-kayu yang bernilai ekonomi tinggi karena tanaman tanaman ini dapat memproduksi gubal gaharu yang aromanya harum. Gubal gaharu yang dihasilkan berupa kayu yang mengalami pelapukan dan mengandung damar wangi (Aromaticresin) sebagai akibat dari serangan jamur |