Ditulis Oleh Aqil Ibtihaal Siregar – SMAIT AL-FITRYAN Medan pada lomba Essai UPT Perbenihan Tanaman Hutan Tingkat Nasional Tahun 2024 Sebagai pemenang Favorit
Kerusakan hutan merupakan krisis lingkungan yang mendesak. Menurut Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), dunia telah kehilangan 420 juta hektar hutan sejak tahun 1990. Berdasarkan laporan Global Forest Watch, pada tahun 2022 total hutan primer tropis yang hilang mencapai 4,1 juta hektar. Ini setara dengan hilangnya hutan sebesar 11 lapangan sepak bola per menit. Adapun statistik yang menunjukkan kehilangan hutan primer tropis dalam kurun waktu tahun 2002 – 2022 dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kehilangan Hutan Primer Tropis (2002 – 2022).
Seluruh kehilangan hutan tersebut menghasilkan emisi karbon dioksida sebesar 2,7 gigaton. Kerusakan ini mengancam keanekaragaman hayati, mempercepat perubahan iklim, dan mempengaruhi masyarakat yang bergantung pada hutan.
Salah satu langkah konkret yang bisa diambil adalah memberdayakan generasi muda sebagai agen perubahan melalui edukasi perbenihan tanaman hutan. Program ini bertujuan mengajarkan teknik pembibitan dan penanaman pohon untuk melestarikan hutan sekaligus membangun kesadaran lingkungan di kalangan pemuda. Dengan demikian, generasi muda diharapkan mampu menjadi pelopor dalam rehabilitasi hutan dan pelestarian lingkungan.
Permasalahan yang Dihadapi dan Urgensi Penanganannya
Tingginya deforestasi dan kerusakan hutan di Indonesia mengancam keanekaragaman hayati dan memperparah perubahan iklim. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI) melaporkan bahwa kerusakan hutan mempengaruhi 684 spesies tanaman yang langka dan habitat satwa liar seperti tarsius dan orangutan. Jika kerusakan ini terus berlanjut, generasi mendatang akan menghadapi krisis lingkungan yang lebih parah, termasuk perubahan iklim ekstrim dan degradasi ekosistem. Deforestasi menyumbang hingga 15% emisi gas rumah kaca global, menjadikannya salah satu faktor utama pemicu perubahan iklim. Hutan yang hilang juga berarti hilangnya sumber penghidupan bagi masyarakat adat dan lokal yang bergantung pada hasil hutan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Selain itu, masih rendahnya kesadaran di kalangan generasi muda menjadi tantangan. Youth for Climate Change Indonesia (YCCI) melaporkan bahwa hanya 30% anak muda merasa memiliki pemahaman cukup tentang isu lingkungan. Edukasi yang lebih intensif diperlukan agar mereka dapat terlibat lebih aktif dalam aksi konservasi.
Permasalahan kerusakan hutan mendesak untuk segera diatasi karena dampaknya yang signifikan terhadap lingkungan, ekonomi, dan sosial. Hutan berperan penting dalam menyerap karbon dioksida. FAO menyebutkan bahwa hutan tropis seperti Indonesia mampu menyerap 15-30 ton karbon per hektar per tahun. Namun, deforestasi mengurangi kemampuan ini, mempercepat pemanasan global, dan meningkatkan emisi karbon.
Hutan juga menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat lokal. Jika kerusakan hutan terus terjadi, akan terjadi kehilangan sumber daya alam yang penting untuk kehidupan. Urgensi ini semakin relevan mengingat pentingnya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama tujuan ke-13 (Penanganan Perubahan Iklim) dan ke-15 (Menjaga Ekosistem Daratan).
Data dan Informasi yang Relevan
KLHK RI menyatakan bahwa program rehabilitasi hutan di Indonesia membutuhkan dana sekitar 15 juta rupiah per hektar. Sementara itu, studi Center for International Forestry Research (CIFOR) mengungkapkan bahwa deforestasi di Indonesia mengancam 40-60% keanekaragaman hayati. Dari sisi kualitatif, survei YCCI menemukan bahwa 85% pemuda lebih tertarik belajar isu lingkungan melalui metode interaktif seperti praktik lapangan, menunjukkan bahwa program perbenihan memiliki potensi besar untuk diterima oleh generasi muda.
Sebuah contoh keberhasilan adalah program rehabilitasi hutan di Gunung Kidul Yogyakarta, yang melibatkan siswa sekolah dalam kegiatan pembibitan pohon. Program ini berhasil merehabilitasi 25.000 hektar hutan selama periode tahun 2010-2020 dengan bantuan dari generasi muda. Kasus ini menunjukkan bahwa ketika anak muda diberi kesempatan dan dukungan, mereka dapat memainkan peran besar dalam melestarikan hutan.
Potensi Peluang dan Program yang Telah Dilakukan
Edukasi perbenihan tanaman hutan membuka peluang besar untuk pengembangan ilmu pengetahuan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.
Dari segi ilmu pengetahuan, program ini dapat mendorong penelitian mengenai bibit pohon yang lebih tahan terhadap perubahan iklim. Dalam ekonomi, program ini dapat menciptakan lapangan kerja baru di sektor perbenihan dan agroforestri. Bagi industri, rehabilitasi hutan juga mendukung pengembangan ekowisata dan mendongkrak reputasi perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility yang berfokus pada pelestarian lingkungan.
Program-program seperti Gerakan Satu Juta Pohon dan Program Hutan Lestari telah ada sebelumnya. Namun, sebaiknya perlu memperluas pelibatan generasi muda dalam aksi nyata dengan memberi ruang untuk praktik langsung.
Gagasan Inovatif yang Ditawarkan
Untuk meningkatkan efektivitas edukasi, beberapa inovasi berikut dapat diterapkan:
1. Platform digital edukasi hutan, yaitu berupa aplikasi digital atau website yang menyediakan tutorial tentang teknik perbenihan tanaman hutan dalam bentuk video maupun animasi. Dengan cara ini, generasi muda bisa belajar secara fleksibel dan menarik;
2. Persemaian keliling (mobile nursery), yaitu program pembibitan yang dibawa langsung ke sekolah-sekolah atau komunitas dengan memberikan pelatihan langsung dan pengalaman praktis.
3. Kompetisi pembibitan hutan, yaitu kompetisi nasional secara rutin yang melibatkan siswa dalam pengelolaan bibit pohon. Kompetisi ini dapat memotivasi generasi muda untuk berinovasi pada teknik perbenihan.
Tujuan dari inovasi ini adalah menciptakan generasi muda yang sadar akan pentingnya hutan dalam menjaga ekosistem. Sasaran utamanya meliputi:
1. Meningkatkan partisipasi pemuda dalam melindungi kelestarian hutan;
2. Peningkatan kapasitas teknis pemuda dalam perbenihan tanaman hutan;
3. Merehabilitasi lahan hutan sekitar lingkungan tempat tinggal.
Kesimpulan
Generasi muda memiliki peran penting dalam mengatasi kerusakan hutan. Melalui edukasi perbenihan tanaman hutan, mereka dapat dilibatkan secara aktif dalam upaya rehabilitasi dan pelestarian hutan. Meskipun tantangan seperti minimnya pengetahuan dan sumber daya masih ada, dengan inovasi yang tepat seperti platform digital dan persemaian keliling, generasi muda bisa menjadi motor penggerak utama dalam pemulihan lingkungan. Dengan strategi ini, kita dapat mencapai tujuan untuk memperbaiki kerusakan hutan dan melindungi lingkungan bagi generasi mendatang.
REFERENSI
CIFOR-ICRAF. CIFOR-ICRAF in Indonesia: Three Decades of Partnership. https://www.cifor-icraf.org/publications/pdf_files/Books/CIFOR-ICRAF-in-Indone sia.pdf
Databoks. Survei: Mayoritas Anak Muda Indonesia Peduli Isu Lingkungan Hidup. https://databoks.katadata.co.id/demografi/statistik/8fdea381e11742d/survei-ma yoritas-anak-muda-indonesia-peduli-isu-lingkungan-hidup
FAO. Global Forest Resources Assessment 2020. https://www.fao.org/interactive/forest-resources-assessment/2020/en/
Global Forest Watch, 2023. Tingkat Kehilangan Hutan Primer Tropis pada tahun 2022 Memburuk, Terlepas dari Komitmen Global untuk Mengakhiri Deforestasi. https://www.globalforestwatch.org/blog/id/forest-insights/tingkat-kehilangan-hu tan-primer-tropis-pada-tahun-2022/
Global Forest Watch, 2021. Primary Rainforest Destruction Increased 12% from 2019 to 2020. https://www.globalforestwatch.org/blog/forest-insights/global-tree-cover-loss-d ata-2020/ Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, 2023. Dari Perhutanan Sosial, Untuk Hutan Lestari dan Masyarakat Sejahtera. https://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/7566/dari-perhutanan-sosial-untuk hutan-lestari-dan-masyarakat-sejahtera
For updates on Iraqi oil deals, production levels, and international partnerships, Iraq Business News provides comprehensive coverage that is essential for stakeholders in the energy sector